Senin, 12 Maret 2018

Cara Mengatasi Bulu Burung Puyuh yang Rontok


Bagaimana cara mengatasi bulu burung puyuh yang rontok? Semua jenis burung puyuh pasti mengalami suatu siklus yang disebut molting. Molting atau mabung adalah peristiwa merontokkan bulu pada unggas untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Proses ini biasanya terjadi sekitar 1,5-2 bulan lamanya. Selama masa molting, kondisi burung puyuh tetap sehat serta tidak menunjukkan gejala-gejala sakit seperti lesu atau malas.
Apabila kerontokan bulu tersebut disertai dengan menurunnya kesehatan artinya ada sesuatu yang tidak beres dari burung puyuh milik Anda. Kemungkinan besar burung puyuh tadi sedang mengalami stres atau sakit. Bisa pula disebabkan oleh gangguan kutu, tungau, atau gurem yang menyebabkan rasa gatal sehingga burung tadi mematuk-matuk bulunya sendiri. Penyebab lainnya adalah burung puyuh kekurangan vitamin dan protein, kandang yang tidak nyaman, atau gangguan dari binatang predator.
Anda bisa memeriksa kondisi kandang dan kebersihannya. Usahakan kandang tersebut selama dalam kondisi yang bersih dan sehat. Usahakan penempatannya di letakkan di area yang tenang. Jika perlu, mandikan burung puyuh yang bermasalah tadi minimal setiap 2 hari sekali. Gunakan sampo khusus untuk memandikannya supaya kondisi badan pun menjadi lebih bersih dan segar. Jangan lupa menjemur setelahnya ya.
Ada kalanya burung puyuh mengalami kerontokan bulu yang tak berkesudahan. Gangguan kesehatan ini biasa dikenal dengan istilah stuck in the molting. Ciri-cirinya antara lain terdapat bulu halus yang berjatuhan di kandang hampir setiap hari dan diselingi oleh kerontokan pada bulu yang berukuran besar. Biang keroknya tidak lain ialah burung kekurangan zat-zat nutrisi yang berperan penting dalam mendukung pembentukan bulu.
Seyogianya burung puyuh yang tengah menjalani masa molting mendapatkan asupan gizi yang lebih banyak dari biasanya. Pemberian porsi pakannya juga harus ditambah. Burung puyuh ini wajib memperoleh bahan makanan yang mengandung nutrisi lengkap meliputi biji-bijian, sayuran, dan vitamin. Begitu pula dengan jumlah makanan tambahan pemberiannya harus ditingkatkan porsinya.
Burung puyuh yang terkena gangguan stuck in the molting wajib diberikan terapi secara tepat. Caranya yakni melalui pemberian obat yang mempunyai kandungan lysine, methionin, dan triptophan. Silakan berikan obat tersebut sesuai dengan petunjuk yang terlampir pada kemasannya. Dengan memberikan obat ini, proses perontokan bulu pada burung puyuh akan selesai dan kondisi kesehatannya pun normal kembali.

“Mengapa puyuh saya terlambat bertelur?”
Pertanyaan itu masih demikian saya ingat, dari peternak yang baru memulai. Tentu bukan dari peternak sesama kemitraan, tapi dari peternak mandiri.
“Katanya umur 40 hari sudah mulai bertelur, ini sudah umur 50 hari lho, belum ada satupun telur keluar!?”
Waduh, bagaimana ya… Saya jawab bahwa biasanya kisaran umur 40 hari memang sudah ada telur ngglundung, raketang satu. Ya ditunggu lagi saja, bersabar. Mungkin pakannya terlalu irit.
Terlalu irit bagaimana, ini tiap kali kosong langsung saya isi. Kapan nih kembali pakan? Sudah habis banyak saya buat beli pakan. Masak kemarin ternak ayam pedaging panen paling 6x setahun bikin modal saya bikin kandang sudah kacau. Ini pindah ternak puyuh. Kacau pula. Ah, jangan-jangan informasi di blog nggak ada yang bener nih.
Wah.. Jadi keki saya kalau sudah bicara blog. Karena yang saya tulis sendiri hanyalah dari yang saya alami, saya amati, maupun analisa dari yang terjadi saya saksikan.
Itu adalah dialog saya dengan beliau beberapa waktu lalu. Keluh kesah karena modal sudah banyak terlimpah, namun hasilnya belum kentara. Mengenai ayam pedaging, sepemahaman saya dari milik tetangga, minim 8x panen setahun.
Beberapa hari ini kebetulan postingan banyak menyinggung hal tersebut. Dari yang telah berkenan memberikan tanggapan, ada satu pelajaran yang bisa saya dapatkan. Yaitu untuk tidak mengukur keadaan “luar” harus sama dengan “baju” sendiri. Banyak hal yang dimungkinkan bisa terjadi di luar sana, di luar kebiasaan yang selama ini saya alami.
Dari hal tersebut, terkait dengan “mengapa puyuh terlambat bertelur”. Ada beberapa poin yang kemudian saya pikirkan:
1. Ukuran terlambat itu sampai seberapa umurnya.
Standar yang saya pakai berangkat dari kebiasaan yang telah saya alami, kisaran umur 40 hari, walaupun cuma 1, sudah ada yang bertelur.
Ternyata ukuran tersebut bisa berbeda-beda. Mungkinkah ada standar nasional pada puyuh semacam SNI?
2. Mempelajari sebab-sebab yang dimungkinkan terjadi mengapa puyuh dikatakan terlambat bertelur.
Untuk ini, beberapa kemungkinan saya ambil dari komentar Bp Puyuh Jepang, untuk kemudian coba saya terjemahkan, sebatas kemampuan saya sebagai peternak, menangkap maksud beliau mengenai keterlambatan puyuh dalam bertelur.
1. makanan dalam hal ini jumlah dan kualitasnya,
Mengenai ini, standar pakan puyuh 22 gram per-ekor per-hari, sepertinya layak diperhatikan. Walaupun mungkin perbedaan iklim daerah ikut mempengaruhi.
Sedangkan kualitas pakan, jika pakan pabrikan, tentu akan membuat yang sebaik-baiknya.
2. makanan dalam hal ini jenis peruntukannya (starter,grower,layer)
Seperti telah disinggung di thread atau postingan yang lain, jangan karena ingin cepat bertelur, lantas pada umuran pertumbuhan sudah diberi pakan layer. Kalau saatnya stater ya stater. Banyak risiko bisa terjadi. Salah satunya, maunya cepat malah terlambat.
3. penyakit. oleh bakteri, virus, jamur, dsb.
Jika dua hal di di atas sudah tidak menjadi kendala, maka yang ke-3 ini bisa jadi yang menyebabkan.
4. management kandang, management lighting, management pakan dsb.
Sanitasi, penyemprotan desinfektan, menjaga kondisi lingkungan juga perlu diperhatikan dalam kaitan “mengapa puyuh terlambat bertelur”.
Demikian semoga menjadi manfaat.
Tanggapan, komentar, masukan, kritik, saran atau apapun juga, sangat saya harapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar