Ayam termahal asli Indonesia
1.
Ayam Cemani
Ayam cemani merupakan salah satu jenis ayam lokal khas
propinsi Jawa Tengah yang berasal dari Karisidenan Kedu tepatnya di daerah
Kabupaten Temanggung dan sekitarnya. Ayam cemani ini banyak dipelihara oleh
masyarakat di desa Kedu, desa Beji dan desa Kahuripan, Kecamatan Kedu Kabupaten
Temanggung sejak awal abad 20. Ayam cemani dikenal memiliki harga yang
mahal, namun budidaya ayam cemani baru dilakukan oleh sebagian masyarakat di
daerah tertentu, warna hitam tidak selamanya kelam , mungkin itu salah satu
kalimat yang bisa dipakai untuk mengatakan pada Ayam Cemani. Warna Hitam pada
Ayam Cemani justru menjadi pertanda cerahnya masa depan pemilik Ayam cemani.
Ini bukan karena mistis atau kesaktian Ayam cemani hitam legam tersebut, tetapi
karena harga Ayam Cemani yang Hitam legam sangat tinggi bisa mencapai jutaan
rupiah. Tak heran jika ini menjadi keuntungan tersendiri bagi peternak ayam
cemani. Sehingga banyak peternak menekuni Budidaya Ayam Cemani ini. Harga ayam
cemani sangat bervariasi tergantung pada kualitasnya, kualitas Ayam cemani yang
baik dinilai bersadarkan tingkat kepekatan warna hitam di seluruh tubuh, mulai
dari bulu, kulit,kaki, kuku,lidah, tulang dan darahnyapun hitam. Harga ayam
cemani standard berkisar antara 150 ribu hingga 500 ribu untuk ukuran dewasa,
sedangkan untuk cemani super tidak ada batasnya bisa mencapai jutaan rupiah.
Ayam Cemani jantan dewasa pada waktu berdiri normal
mencapai tinggi sekitar 60 cm dengan lingkar dada mencapai 34 cm dan panjang
sayap 25 cm. Sementara, ayam betina dewasa mencapai tinggi 50 cm dengan lingkar
dada 27 cm dan panjang sayap 21 cm. Bobot anak ayam umur sehari berkisar antara
28-32 gram/ekor. Bobot ayam betina berumur 5 bulan berkisar antara 1.200-1.300
gram/ekor. Ayam jantan umur 5 bulan berkisar antara 1.400-1.500 gram/ekor. Umur
pertama bertelur berkisar antara 4,6-6,5 bulan dan produksi telur pada
pemeliharaan diumbar dan semi intensif berkisar 56-77 butir per ekor/tahun,
sementara yang dipelihara intensif dalam kandang batere dapat mencapai 215
butir/ekor/tahun. Bobot telur ayam berkisar antara 41-49 gram/butir. Konsumsi
pakan ayam dewasa per hari mencapai 93 gram per ekor (Iskandar dan saepudin,
2004).
Perbedaan antara ayam Kedu Hitam dan ayam Cemani adalah
pada ayam Kedu Hitam sebaran warna hitam hanya pada bulunya saja, sedangkan
pada ayam Cemani sebaran warna hitam menyebar keseluruh tubuh. Jadi ayam Cemani
merupakan ayam Kedu hitam tetapi ayam kedu hitam belum tentu ayam Cemani.
Diduga ayam cemani ini didapat dari hasil perkawinan antar keluarga yang dekat
hubungan kerabatnya dari beberapa generasi diikuti dengan seleksi kearah ayam
yang berwarna hitam.
A. Sejarah Ayam Cemani
Sejarah ayam cemani dan ayam kedu hitam ini ada dua macam
versi, yaitu versi Makukuhan dan versi Tjokromiharjo. Versi Makukuhan ini
merupakanlegenda yang berkembang di Desa Kedu dan sekitarnya, disebutkan bahwa
ayam cemani pada awalnya dibawa dan dikembangbiakkan oleh seorang bernama
Ki Ageng Makukuhan pada era akhir pemerintahan kerajaan Majapahit.
Sedangkan versi lain adalah ayam ini dibawa dan dikembangkan oleh seorang
ahli peternakan sekaligus kepala desa Kalikuto yang pernah belajar kepada
Dr. Douwes Dekker yaitu Tjokromiharjo. Versi ini mengatakan bahwa ayam
cemani bukan berasal dari Kedu, namun berasal dari persilangan beberapa
generasi ayam Inggris yang dibawa pada zaman pemerintahan kolonial Raffles
dengan ayam lokal Indonesia yang berkembang hingga daerah Kedu. Di kedu
persilangan ayam inimenghasilkan keturunan yang berwarna hitam yang kini kita
kenal dengan namaayam hitam kedu atau juga ayam cemani
B. Budidaya Ayam Cemani
Budi daya ayam cemani relatif mudah, hanya butuh
ketelatenan saja. Tatacara pemeliharaan ayam Cemani sama dengan cara
pemeliharaan ayam Kedu Hitam. Ayam Camani dikawinkan dengan sesama ayam
Cemani secara alami dengan perbandingan maksimal 1 jantan 5 betina untuk
yang ditetaskan sendiri oleh induknya, karena ayam ini masih memiliki
sifat mengeram dan mengasuh anaknya. Anak-anak ayam yang menetas kemudian
dipisahkan antara yang berwarna hitam legam murni, anak ayam Cemani dari
yang berwarna selain hitam, sebagai anak ayam Kedu.
Ayam cemani kecil sangat rentan terhadap
kematian terutama pada suhu yang rendah. Untuk mengantisipasinya
pemeliharaan DOC sampai usia satu bulan ditempatkan pada kandang Box yang
diberi lampu pijar. Lampu pijar akan membantu menjaga suhuruangan tetap hangat.
Pada pagi hari box anakan Ayam Cemani ditempatkan pada tempat yang terkena
sinar matahari dan diletakkan pada tempat yang relatif teduh jika matahari
mulai terik.
Pemeliharaan anak-anak ayam dapat segera dilakukan
begitu telur menetas dan dipisahkan dari induknya, atau dari mesin apabila
ditetaskan dengan mesin tetas untuk dipelihara dalam kandang yang
dilengkapi dengan pemanas. Setelah anak-anak ayam berumur 4 hari, segera
dilakukan imunisasi dengan vaksin tetelo atau ND (Newcastle desease), yang
dapat diperoleh dari toko-toko pakan dan obat ayam. Imunisasi kemudian
diulang pada umur 4 minggu dan 4 bulan. Selain vaksin ND, dapat juga
diimunisasi dangan vaksin cacar flow pox, apabila perlu.
Proses seleksi dilakukan terus menerus untuk
memisahkan anak-anak ayam yang berbulu bukan hitam. Ayam dapat dipelihara
dalam kandang berlantai kawat atau bambu atau langsung di atas lantai
tanah atau sekam atau serbuk gergaji secukupnya. Ukuran kandang
bervariasi disesuaikan dengan besar ayam. Untuk ayam dewasa setiap
luasan lantai 1 m persegi, maksimum dapat diisi oleh 4-6 ekor. Ruangan dalam
kandang ayam harus terhindar dari pemanasan matahari langsung dan basah kena
air hujan. Ventilasi dibuat secukupnya di sekitar dinding kandang. Kebersihan
kandang harus selalu dipelihara untuk menghindarkan ayam dari penyakit. Larutan
desinfektant dapat dipakai untuk menyemprot setiap pojok kandang setelah
dibersihkan dari sampah dan debu. Penerangan dapat diberikan secukupnya
terutama untuk anak-anak ayam untuk memudahkan pengontrolan pada waktu malam
hari.
Jenis pakan yang dapat diberikan untuk lebih mudahnya
dapat memakai pakan jadi komersial untuk ayam ras tipe petelur mulai dari pakan
untuk anak ayam, ayam muda dan ayam dewasa. Namun untuk menekan harga, pakan
dapat dibuat dengan campuran berbagai bahan pakan seperti dedak padi, jagung
giling, menir, gabah dan sebagainya, yang disesuaikan dengan ketersediaan bahan
dan murah harganya. Berikut ini disajikan salah satu contoh formula ransum
sederhana dengan bahan-bahan pakan yang mudah diperoleh untuk anak ayam, ayam
muda dan ayam dewasa. Adapun kandungan gizi sedikit ditingkatkan untuk mengatasi
kemungkinan penurunan kualitas bahan-bahan pakan yang kadang terjadi dari waktu
kewaktu. Pakan lebih baik diberikan dalam bentuk kering sekali atau dua kali
setiap hari secara berlebih dengan selalu memperhatikan sisa pakan pada pagi
hari sebelum diberi, jika masih ada sisa penambahan pakan bisa dikurangi.
Konsumsi ransum bulanan per ekor, mulai dari 4 minggu pertama, ayam akan
memakan sebanyak 392 gram/ekor, kemudian sebanyak 838 g/iet pada 4 minggu
berikutnya dan seterusnya untuk konsumsi pakan pada umur 5 sampai dengan 8
minggu, keudian sebnayak 1.159 gram. Memasuki umur 13 minggu, ayam memakan
sebanyak 1.364 gram/ekor. Selanjutnya ayam akan makan terus akibat bertambahnya
sampai umur dewasa yang rata- rata hanya makan sebanyak kurang lebih 100
gram/ekor/hari
Dengan bertambahnya usia ayam cemani bertambah pula
ukuran tubuh dan jumlah bulu-bulunya, ayam sudah harus mulai dipindah pada
kandang yang lebih luas. Pemanasan dengan lampu pijar diseduaikan dengan
kebutuhan, jika suhu tidak terlalu dingin bisa ditiadakan. Kandang yang terlalu
sempit akan mengganggu pertumbuhan dan membuat kandang menjadi lembab. Kandang
yang lembab akan berpotensi mendatangkan bibit penyakit. Penempatan kandang
hendaknya terpisah dari pemukiman dan terkena sinar matahari yang cukup
terutama pada pagi hari. Karena itu pada Pola budi Daya ayam cemani diusahakan
kandang menghadap ke arah timur.
2. Ayam Pelung
Ayam Pelung adalah ayam asli Indonesia, yang merupakan
khas Cianjur, Jawa Barat. Ayam Pelung lebih populer sebagai ayam penyanyi
karena memiliki suara kokok yang merdu (Nataamijaya et al., 2003).
Nataamijaya et al. (2003) juga menambahkan bahwa ayam Pelung juga
memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai ayam pedaging karena
ayam ini digolongkan ke dalam tipe berat dengan bobot badan dewasa umur 52
minggu mencapai 3.514,20±210,31 g pada jantan dan 2.047,30±176,48 g pada
betina.
Ayam Pelung memiliki postur tubuh tinggi dan tegap, yang
berukuran jauh lebih besar dibandingkan dengan ayam Kampung. Penampilan ayam
Pelung tenang dan anggun, leher, paha dan kaki tungkai ayam Pelung relatif
lebih panjang dibandingkan dengan ayam Kampung. Ayam Pelung memiliki pola warna
bulu yang bervariasi yaitu kombinasi antara warna hitam, coklat kuning, merah
dan putih (Nataamijaya, 2005). Sulandari et al. (2007) menambahkan
bahwa bulu punggung dan ekor dominan berwarna merah, hitam dan kehijauan
dimiliki oleh ayam Pelung jantan; sedangkan pada ayam Pelung betina, warna
hitam serta tipe liar ditemukan lebih dominan. Warna bulu ini diwariskan dari
nenek moyangnya, yaitu ayam Kampung. Ayam Pelung adalah hasil proses seleksi
jangka panjang ayam Kampung yang merupakan keturunan ayam hutan merah (Gallus
gallus).
Noor (2004) mendefinisikan bahwa seleksi adalah proses
membiarkan individu-individu yang memiliki gen-gen terbaik untuk bereproduksi,
sedangkan ternak lain yang tidak diberikan kesempatan bereproduksi sehingga
generasi berikutnya memiliki gen-gen yang lebih diinginkan. Dijelaskan oleh
Noor (2004), seleksi dibagi menjadi dua macam, yaitu seleksi alam dan seleksi
buatan. Seleksi alam mengandalkan kemampuan adaptasi ternak terhadap lingkungan
untuk bertahan (survive) dan menghasilkan keturunan, sedangkan pada seleksi
buatan, manusia sangat dominan dalam menentukan ternak yang boleh bereproduksi
berdasarkan sifat-sifat yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan manusia.
Ayam Pelung merupakan hasil seleksi dari ayam Kampung
oleh manusia untuk menghasilkan ayam-ayam yang memiliki suara kokok yang merdu.
Rusdin (2007) menjelaskan bahwa warna bulu yang banyak dianggap sebagai ayam
Pelung jantan yang asli oleh sebagian besar peternak adalah warna bulu merah,
hitam atau kombinasi dari warna merah, hitam dan kuning, kombinasi warna hitam
dan hijau (jalak), perpaduan warna bulu merah, putih, dan sedikit hitam (carambang),
sedangkan warna lurik dan putih dianggap sebagai warna yang tidak umum atau
jarang ditemukan pada ayam Pelung. Warna bulu pada betina ayam Pelung lebih
beragam, namun pada umumnya Pelung betina memiliki warna hitam polos, hitam
dengan bulu leher bergaris kuning, hitam dengan bulu leher bergaris putih atau
hijau, coklat muda yang disebut kondang, coklat bergaris kuning dan
campuran antara warna hitam dan putih yang disebut brontok. Ciri-ciri lain
ayam Pelung adalah memiliki kepala berbentuk oval, jantan memiliki jengger
tunggal (serrated single comb), bergerigi pada bagian atas, berukuran besar dan
berwarna merah, cuping telinga berwarna merah dan ditemukan warna putih pada
bagian tengah (Nataamijaya, 2003).
Ayam Pelung memiliki shank dominan yang berwarna
hitam, abu-abu kehijauan (willow) tetapi ditemukan juga yang berwarna putih
kekuningan (Sulandari et al., 2007). Ayam Pelung pada umumnya dipelihara
secara intensif oleh para peternak dalam jumlah yang terbatas untuk mendapatkan
ayam-ayam jantan penyanyi. Produksi telur Ayam Pelung 39-68 butir/tahun dengan
bobot 40-50 g/butir. Ayam Pelung mulai bertelur pada umur antara 6-7 bulan
(Iskandar dan Saepudin, 2004).
Ayam Pelung merupakan ayam penyanyi dengan karakter suara
yang dihasilkan memiliki irama indah dan khas dan volume yang besar dan
bervariasi. Jatmiko (2001) menjelaskan bahwa suara ayam Pelung yang merdu
memiliki ciri khas yaitusari atau melung, yaitu suara depan yang
jelas, suara tengah yang besar dan suara belakang yang lunyu (meluncur)
yang secara keseluruhan merupakan suatu perpaduan yang serasi.
3.
Ayam Ketawa
Ayam ketawa tak berbeda jauh dengan Ayam
kampung, mungkin sangat sulit membedakan antara Ayam ketawa maupun Ayam
Kampung, baik bentuk,ukuran tubuh, gerak-gerik, kebiasaan dan warna-warni
bulunya sama saja dengan ayam kampung apalagi pada saat Ayam
ketawa ini masih berusia antara 1 sampai dengan 2 bulan orang awam seperti
kita pasti tidak akan mengenali yang mana Ayam Kampung dan yang
mana Ayam Gagak
Perbedaan yang paling mencolok adalah ketika Ayam
Ketawa sudah mulai berumur 3 bulanan, saat itulah Ayam ketawa sudah
mulai memperdengarkan suara kokoknya, anehnya ayam ketawa ini
hampir setiap saat memperdengarkan suaranya yang sangat aneh dan sangat berbeda
jauh dengan Ayam kampung, bahkan ada yang mirip burung perkutut. dan suara
yang paling melekat yang mudah diidentifikasi adalah Suara Kokok Ayam
Ketawa ini Mirip Orang yang sedang tertawa.
Suara Ayam ketawa yang identik seperti layaknya
Orang yang sedang tertawa membuat para pe-hobby Satwa/unggas semakin
terkagum-kagum dan tergila-gila untuk berternak Ayam Ketawa, suara
kokoknya yang unik dan sangat sulit disamai oleh satwa burung
lainnya, sangat Unik dan sangat menarik berulang-ulang saya
katakan seperti suara orang ketawa dan inilah daya tarik yang sangat
spektakuler dan mempesona bagi para pencinta Ayam jenis ini.
Bunyi atau Kokok Ayam Ketawa, dapat dibedakan
dari Jenis suaranya,
ada beberapa jenis Ayam ketawa yang kita
ketahui dari cerita teman-teman yang lebih dulu memelihara Ayam Ketawa,
untuk mengenalinya berikut dijelaskan adalah sebagai berikut :
1. GRETEK,
Ayam Ketawa ( Ayam Gagak ) saat berkokok
mengeluarkan suara orang ketawa dengan jarak antara suara tertawa
cepat.
2. GAGA,
Ayam Ketawa ( Manu Gaga )
suaranya tertawanya dengan interval jarak antara
suara tertawa lambat dan terputus sepertinya sudah berenti tapi ternyata
sebenarnya masih berlanjut.
3. DODO,
Kokoknya ( suara tertawanya mendayu-dayu ) merobek perasaan.
Sulit dipastikan jenis mana yang banyak disukai oleh para
penggemar Ayam ketawa. tapi yang pasti Ayam Ketawa ini sudah
masuk ke agenda Kontes suara maka Jenis suara Ayam yang
menang dalam konteslah yang banyak dicari pengemarnya hingga tak segan-segan
mengeluarkan Dana puluhan juta rupiah untuk mendapatkannya.
4.
Ayam Kukuak Balenggek
Nama ayam kukuak balenggek mungkin masih asing bagi
telinga sebagian penggemar ayam hias. Popularitasnya masih di bawah ayam
bekisar, ayam pelung dan ayam ketawa, padahal sama-sama merupakan ayam hias
yang khusus dinikmati suara atau kokoknya. Minimnya informasi dan publikasi
membuat ayam kukuak balenggek nyaris tak terdengar, padahal potensinya tidak
kalah dari tiga jenis ayam hias tersebut.
Belakangan ini, di berbagai situs online kerap ditawarkan
ayam kukuak balenggek (silakan buktikan dengan sowan ke rumah Mbah Google,
masukkan kata kunci “ayam kukuak balenggek” atau “ayam balenggek”. Ini
membuktikan ayam ini mulai digemari masyarakat, mirip dengan fenomena ayam
ketawa beberapa waktu lalu.
Ayam kukuak balenggek atau kokok balenggek merupakan ayam
lokal di Sumatera Barat, yang berasal dari Kecamatan Payung Sakaki dan Tigo
Lurah, Kabupaten Solok. Masyarakat Minang menyebutnya balenggek yang berarti
irama yang bertingkat, atau baindiak menurut dialek setempat. Hal ini karena
kokok ayam jantan memiliki irama yang bertingkat mulai dari 3 hingga 12
lenggek. Bahkan ada yang mampu berkokok hingga 19 lenggek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar