Selasa, 01 Januari 2019

ayam hias paling mahal di dunia

Ayam termahal asli Indonesia
1. Ayam Cemani

Ayam cemani merupakan salah satu jenis ayam lokal khas propinsi Jawa Tengah yang berasal dari Karisidenan Kedu tepatnya di daerah Kabupaten Temanggung dan sekitarnya. Ayam cemani ini banyak dipelihara oleh masyarakat di desa Kedu, desa Beji dan desa Kahuripan, Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung sejak awal abad 20. Ayam cemani dikenal memiliki harga yang mahal, namun budidaya ayam cemani baru dilakukan oleh sebagian masyarakat di daerah tertentu, warna hitam tidak selamanya kelam , mungkin itu salah satu kalimat yang bisa dipakai untuk mengatakan pada Ayam Cemani. Warna Hitam pada Ayam Cemani justru menjadi pertanda cerahnya masa depan pemilik Ayam cemani. Ini bukan karena mistis atau kesaktian Ayam cemani hitam legam tersebut, tetapi karena harga Ayam Cemani yang Hitam legam sangat tinggi bisa mencapai jutaan rupiah. Tak heran jika ini menjadi keuntungan tersendiri bagi peternak ayam cemani. Sehingga banyak peternak menekuni Budidaya Ayam Cemani ini. Harga ayam cemani sangat bervariasi tergantung pada kualitasnya, kualitas Ayam cemani yang baik dinilai bersadarkan tingkat kepekatan warna hitam di seluruh tubuh, mulai dari bulu, kulit,kaki, kuku,lidah, tulang dan darahnyapun hitam. Harga ayam cemani standard berkisar antara 150 ribu hingga 500 ribu untuk ukuran dewasa, sedangkan untuk cemani super tidak ada batasnya bisa mencapai jutaan rupiah.

Ayam Cemani jantan dewasa pada waktu berdiri normal mencapai tinggi sekitar 60 cm dengan lingkar dada mencapai 34 cm dan panjang sayap 25 cm. Sementara, ayam betina dewasa mencapai tinggi 50 cm dengan lingkar dada 27 cm dan panjang sayap 21 cm. Bobot anak ayam umur sehari berkisar antara 28-32 gram/ekor. Bobot ayam betina berumur 5 bulan berkisar antara 1.200-1.300 gram/ekor. Ayam jantan umur 5 bulan berkisar antara 1.400-1.500 gram/ekor. Umur pertama bertelur berkisar antara 4,6-6,5 bulan dan produksi telur pada pemeliharaan diumbar dan semi intensif berkisar 56-77 butir per ekor/tahun, sementara yang dipelihara intensif dalam kandang batere dapat mencapai 215 butir/ekor/tahun. Bobot telur ayam berkisar antara 41-49 gram/butir. Konsumsi pakan ayam dewasa per hari mencapai 93 gram per ekor (Iskandar dan saepudin, 2004).

Perbedaan antara ayam Kedu Hitam dan ayam Cemani adalah pada ayam Kedu Hitam sebaran warna hitam hanya pada bulunya saja, sedangkan pada ayam Cemani sebaran warna hitam menyebar keseluruh tubuh. Jadi ayam Cemani merupakan ayam Kedu hitam tetapi ayam kedu hitam belum tentu ayam Cemani. Diduga ayam cemani ini didapat dari hasil perkawinan antar keluarga yang dekat hubungan kerabatnya dari beberapa generasi diikuti dengan seleksi kearah ayam yang berwarna hitam.

A.  Sejarah Ayam Cemani
Sejarah ayam cemani dan ayam kedu hitam ini ada dua macam versi, yaitu versi Makukuhan dan versi Tjokromiharjo. Versi Makukuhan ini merupakanlegenda yang berkembang di Desa Kedu dan sekitarnya, disebutkan bahwa ayam cemani pada awalnya dibawa dan dikembangbiakkan oleh seorang bernama Ki Ageng Makukuhan pada era akhir pemerintahan kerajaan Majapahit. Sedangkan versi lain adalah ayam ini dibawa dan dikembangkan oleh seorang ahli peternakan sekaligus kepala desa Kalikuto yang pernah belajar kepada Dr. Douwes Dekker yaitu Tjokromiharjo. Versi ini mengatakan bahwa ayam cemani bukan berasal dari Kedu, namun berasal dari persilangan beberapa generasi ayam Inggris yang dibawa pada zaman pemerintahan kolonial Raffles dengan ayam lokal Indonesia yang berkembang hingga daerah Kedu. Di kedu persilangan ayam inimenghasilkan keturunan yang berwarna hitam yang kini kita kenal dengan namaayam hitam kedu atau juga ayam cemani

B.  Budidaya Ayam Cemani 
Budi daya ayam cemani relatif mudah, hanya butuh ketelatenan saja. Tatacara pemeliharaan ayam Cemani sama dengan cara pemeliharaan ayam Kedu Hitam. Ayam Camani dikawinkan dengan sesama ayam Cemani secara alami dengan perbandingan maksimal 1 jantan 5 betina untuk yang ditetaskan sendiri oleh induknya, karena ayam ini masih memiliki sifat mengeram dan mengasuh anaknya. Anak-anak ayam yang menetas kemudian dipisahkan antara yang berwarna hitam legam murni, anak ayam Cemani dari yang berwarna selain hitam, sebagai anak ayam Kedu.

Ayam  cemani kecil sangat rentan terhadap kematian terutama pada suhu yang rendah. Untuk mengantisipasinya pemeliharaan DOC sampai usia satu bulan ditempatkan pada kandang Box yang diberi lampu pijar. Lampu pijar akan membantu menjaga suhuruangan tetap hangat. Pada pagi hari box anakan Ayam Cemani ditempatkan pada tempat yang terkena sinar matahari dan diletakkan pada tempat yang relatif teduh jika matahari mulai terik.

 Pemeliharaan anak-anak ayam dapat segera dilakukan begitu telur menetas dan dipisahkan dari induknya, atau dari mesin apabila ditetaskan dengan mesin tetas untuk dipelihara dalam kandang yang dilengkapi dengan pemanas. Setelah anak-anak ayam berumur 4 hari, segera dilakukan imunisasi dengan vaksin tetelo atau ND (Newcastle desease), yang dapat diperoleh dari toko-toko pakan dan obat ayam. Imunisasi kemudian diulang pada umur 4 minggu dan 4 bulan. Selain vaksin ND, dapat juga diimunisasi dangan vaksin cacar flow pox, apabila perlu.

Proses seleksi dilakukan terus menerus untuk memisahkan anak-anak ayam yang berbulu bukan hitam. Ayam dapat dipelihara dalam kandang berlantai kawat atau bambu atau langsung di atas lantai tanah atau sekam atau serbuk gergaji secukupnya. Ukuran kandang bervariasi  disesuaikan dengan besar ayam. Untuk ayam dewasa setiap luasan lantai 1 m persegi, maksimum dapat diisi oleh 4-6 ekor. Ruangan dalam kandang ayam harus terhindar dari pemanasan matahari langsung dan basah kena air hujan. Ventilasi dibuat secukupnya di sekitar dinding kandang. Kebersihan kandang harus selalu dipelihara untuk menghindarkan ayam dari penyakit. Larutan desinfektant dapat dipakai untuk menyemprot setiap pojok kandang setelah dibersihkan dari sampah dan debu. Penerangan dapat diberikan secukupnya terutama untuk anak-anak ayam untuk memudahkan pengontrolan pada waktu malam hari.

Jenis pakan yang dapat diberikan untuk lebih mudahnya dapat memakai pakan jadi komersial untuk ayam ras tipe petelur mulai dari pakan untuk anak ayam, ayam muda dan ayam dewasa. Namun untuk menekan harga, pakan dapat dibuat dengan campuran berbagai bahan pakan seperti dedak padi, jagung giling, menir, gabah dan sebagainya, yang disesuaikan dengan ketersediaan bahan dan murah harganya. Berikut ini disajikan salah satu contoh formula ransum sederhana dengan bahan-bahan pakan yang mudah diperoleh untuk anak ayam, ayam muda dan ayam dewasa. Adapun kandungan gizi sedikit ditingkatkan untuk mengatasi kemungkinan penurunan kualitas bahan-bahan pakan yang kadang terjadi dari waktu kewaktu. Pakan lebih baik diberikan dalam bentuk kering sekali atau dua kali setiap hari secara berlebih dengan selalu memperhatikan sisa pakan pada pagi hari sebelum diberi, jika masih ada sisa penambahan pakan bisa dikurangi. Konsumsi ransum bulanan per ekor, mulai dari 4 minggu pertama, ayam akan memakan sebanyak 392 gram/ekor, kemudian sebanyak 838 g/iet pada 4 minggu berikutnya dan seterusnya untuk konsumsi pakan pada umur 5 sampai dengan 8 minggu, keudian sebnayak 1.159 gram. Memasuki umur 13 minggu, ayam memakan sebanyak 1.364 gram/ekor. Selanjutnya ayam akan makan terus akibat bertambahnya sampai umur dewasa yang rata- rata hanya makan sebanyak kurang lebih 100 gram/ekor/hari

Dengan bertambahnya usia ayam cemani bertambah pula ukuran tubuh dan jumlah bulu-bulunya, ayam sudah harus mulai dipindah pada kandang yang lebih luas. Pemanasan dengan lampu pijar diseduaikan dengan kebutuhan, jika suhu tidak terlalu dingin bisa ditiadakan. Kandang yang terlalu sempit akan mengganggu pertumbuhan dan membuat kandang menjadi lembab. Kandang yang lembab akan berpotensi mendatangkan bibit penyakit. Penempatan kandang hendaknya terpisah dari pemukiman dan terkena sinar matahari yang cukup terutama pada pagi hari. Karena itu pada Pola budi Daya ayam cemani diusahakan kandang menghadap ke arah timur.

2. Ayam Pelung

Ayam Pelung adalah ayam asli Indonesia, yang merupakan khas Cianjur, Jawa Barat. Ayam Pelung lebih populer sebagai ayam penyanyi karena memiliki suara kokok yang merdu (Nataamijaya et al., 2003). Nataamijaya et al. (2003) juga menambahkan bahwa ayam Pelung juga memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai ayam pedaging karena ayam ini digolongkan ke dalam tipe berat dengan bobot badan dewasa umur 52 minggu mencapai 3.514,20±210,31 g pada jantan dan 2.047,30±176,48 g pada betina.

Ayam Pelung memiliki postur tubuh tinggi dan tegap, yang berukuran jauh lebih besar dibandingkan dengan ayam Kampung. Penampilan ayam Pelung tenang dan anggun, leher, paha dan kaki tungkai ayam Pelung relatif lebih panjang dibandingkan dengan ayam Kampung. Ayam Pelung memiliki pola warna bulu yang bervariasi yaitu kombinasi antara warna hitam, coklat kuning, merah dan putih (Nataamijaya, 2005). Sulandari et al. (2007) menambahkan bahwa bulu punggung dan ekor dominan berwarna merah, hitam dan kehijauan dimiliki oleh ayam Pelung jantan; sedangkan pada ayam Pelung betina, warna hitam serta tipe liar ditemukan lebih dominan. Warna bulu ini diwariskan dari nenek moyangnya, yaitu ayam Kampung. Ayam Pelung adalah hasil proses seleksi jangka panjang ayam Kampung yang merupakan keturunan ayam hutan merah (Gallus gallus).

Noor (2004) mendefinisikan bahwa seleksi adalah proses membiarkan individu-individu yang memiliki gen-gen terbaik untuk bereproduksi, sedangkan ternak lain yang tidak diberikan kesempatan bereproduksi sehingga generasi berikutnya memiliki gen-gen yang lebih diinginkan. Dijelaskan oleh Noor (2004), seleksi dibagi menjadi dua macam, yaitu seleksi alam dan seleksi buatan. Seleksi alam mengandalkan kemampuan adaptasi ternak terhadap lingkungan untuk bertahan (survive) dan menghasilkan keturunan, sedangkan pada seleksi buatan, manusia sangat dominan dalam menentukan ternak yang boleh bereproduksi berdasarkan sifat-sifat yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan manusia.

Ayam Pelung merupakan hasil seleksi dari ayam Kampung oleh manusia untuk menghasilkan ayam-ayam yang memiliki suara kokok yang merdu. Rusdin (2007) menjelaskan bahwa warna bulu yang banyak dianggap sebagai ayam Pelung jantan yang asli oleh sebagian besar peternak adalah warna bulu merah, hitam atau kombinasi dari warna merah, hitam dan kuning, kombinasi warna hitam dan hijau (jalak), perpaduan warna bulu merah, putih, dan sedikit hitam (carambang), sedangkan warna lurik dan putih dianggap sebagai warna yang tidak umum atau jarang ditemukan pada ayam Pelung. Warna bulu pada betina ayam Pelung lebih beragam, namun pada umumnya Pelung betina memiliki warna hitam polos, hitam dengan bulu leher bergaris kuning, hitam dengan bulu leher bergaris putih atau hijau, coklat muda yang disebut kondang, coklat bergaris kuning dan campuran antara warna hitam dan putih yang disebut brontok. Ciri-ciri lain ayam Pelung adalah memiliki kepala berbentuk oval, jantan memiliki jengger tunggal (serrated single comb), bergerigi pada bagian atas, berukuran besar dan berwarna merah, cuping telinga berwarna merah dan ditemukan warna putih pada bagian tengah (Nataamijaya, 2003).

Ayam Pelung memiliki shank dominan yang berwarna hitam, abu-abu kehijauan (willow) tetapi ditemukan juga yang berwarna putih kekuningan (Sulandari et al., 2007). Ayam Pelung pada umumnya dipelihara secara intensif oleh para peternak dalam jumlah yang terbatas untuk mendapatkan ayam-ayam jantan penyanyi. Produksi telur Ayam Pelung 39-68 butir/tahun dengan bobot 40-50 g/butir. Ayam Pelung mulai bertelur pada umur antara 6-7 bulan (Iskandar dan Saepudin, 2004).

Ayam Pelung merupakan ayam penyanyi dengan karakter suara yang dihasilkan memiliki irama indah dan khas dan volume yang besar dan bervariasi. Jatmiko (2001) menjelaskan bahwa suara ayam Pelung yang merdu memiliki ciri khas yaitusari atau melung, yaitu suara depan yang jelas, suara tengah yang besar dan suara belakang yang lunyu (meluncur) yang secara keseluruhan merupakan suatu perpaduan yang serasi.


3. Ayam Ketawa

Ayam ketawa tak berbeda jauh dengan Ayam kampung, mungkin sangat sulit membedakan antara Ayam ketawa maupun Ayam Kampung, baik bentuk,ukuran tubuh,  gerak-gerik, kebiasaan dan warna-warni bulunya sama saja dengan ayam kampung apalagi pada saat Ayam ketawa ini masih berusia antara 1 sampai dengan 2 bulan orang awam seperti kita pasti tidak akan mengenali yang mana Ayam Kampung dan yang mana  Ayam Gagak
Perbedaan yang paling mencolok adalah ketika Ayam Ketawa sudah mulai berumur 3 bulanan, saat itulah Ayam ketawa sudah mulai memperdengarkan suara kokoknya, anehnya ayam ketawa ini  hampir setiap saat memperdengarkan suaranya yang sangat aneh dan sangat berbeda jauh dengan Ayam kampung, bahkan ada yang mirip burung perkutut. dan suara yang paling melekat yang mudah diidentifikasi adalah Suara Kokok Ayam Ketawa ini Mirip Orang yang sedang tertawa.

Suara Ayam ketawa yang identik seperti layaknya Orang yang sedang tertawa membuat para pe-hobby Satwa/unggas semakin terkagum-kagum dan tergila-gila untuk berternak Ayam Ketawa, suara kokoknya yang unik dan sangat sulit disamai oleh satwa burung lainnya, sangat Unik dan sangat menarik berulang-ulang saya katakan seperti suara orang ketawa dan inilah daya tarik yang sangat spektakuler dan mempesona bagi para pencinta Ayam jenis ini.

Bunyi atau Kokok Ayam Ketawa, dapat dibedakan dari Jenis suaranya,
ada beberapa jenis Ayam ketawa yang kita ketahui dari cerita teman-teman yang lebih dulu memelihara Ayam Ketawa, untuk mengenalinya berikut dijelaskan adalah sebagai berikut :
            1.         GRETEK,
Ayam Ketawa ( Ayam Gagak ) saat berkokok mengeluarkan suara orang ketawa dengan jarak antara suara tertawa cepat.      
            2.         GAGA, Ayam Ketawa ( Manu Gaga )
suaranya tertawanya  dengan interval jarak antara suara tertawa lambat dan terputus sepertinya sudah berenti tapi ternyata sebenarnya masih berlanjut.       
            3.         DODO, Kokoknya ( suara tertawanya mendayu-dayu ) merobek perasaan.
Sulit dipastikan jenis mana yang banyak disukai oleh para penggemar Ayam ketawa. tapi yang pasti Ayam Ketawa ini sudah masuk ke agenda Kontes suara maka Jenis suara Ayam yang menang dalam konteslah yang banyak dicari pengemarnya hingga tak segan-segan mengeluarkan Dana puluhan juta rupiah untuk mendapatkannya.

4. Ayam Kukuak Balenggek

Nama ayam kukuak balenggek mungkin masih asing bagi telinga sebagian penggemar ayam hias. Popularitasnya masih di bawah ayam bekisar, ayam pelung dan ayam ketawa, padahal sama-sama merupakan ayam hias yang khusus dinikmati suara atau kokoknya. Minimnya informasi dan publikasi membuat ayam kukuak balenggek nyaris tak terdengar, padahal potensinya tidak kalah dari tiga jenis ayam hias tersebut.

Belakangan ini, di berbagai situs online kerap ditawarkan ayam kukuak balenggek (silakan buktikan dengan sowan ke rumah Mbah Google, masukkan kata kunci “ayam kukuak balenggek” atau “ayam balenggek”. Ini membuktikan ayam ini mulai digemari masyarakat, mirip dengan fenomena ayam ketawa beberapa waktu lalu.

Ayam kukuak balenggek atau kokok balenggek merupakan ayam lokal di Sumatera Barat, yang berasal dari Kecamatan Payung Sakaki dan Tigo Lurah, Kabupaten Solok. Masyarakat Minang menyebutnya balenggek yang berarti irama yang bertingkat, atau baindiak menurut dialek setempat. Hal ini karena kokok ayam jantan memiliki irama yang bertingkat mulai dari 3 hingga 12 lenggek. Bahkan ada yang mampu berkokok hingga 19 lenggek.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar